Liburan ke Penang

Di awal tahun, saya dan sepupu akhirnya bisa liburan bareng ke Penang. Biasanya kami hanya saling mengunjungi saat sedang berlibur ataupun bekerja ke kota masing-masing. Akhirnya keinginan lama kami untuk berlibur bersama terjadi juga!!

Koper dan Backpack

Ini bukanlah pertama kali saya ke Penang. Saat tahun 2016, saya pernah iseng sehari di Penang, untuk kali ini kami berlibur selama lima hari empat malam di Penang. Ngapain aja selama itu di Penang? Selain mendatangi tempat-tempat turis seperti kuil Kek Lok Si, Bukit Bendera, serta berkeliling George Town, saya pun bolak balik masuk ke toko buku serta cafe yang berada di sekitar George Town.

Saya pun sempat bertemu dengan seorang kawan selama saya mengikuti pelatihan menjadi guru Waldorf yang kebetulan tinggal di Penang sehingga saya sempat diajak untuk mengikuti makan malam keluarga di sebuah restoran vegan setelah mereka beberes rumah sebagai bagian dari Tahun Baru Imlek dan mengajak kami ke Avatar Garden.

Saya pun punya banyak waktu untuk bertukar pikiran dan cerita dengan sepupu selama di Penang. Selain itu tentu ada waktu kami sibuk sendiri-sendiri saat bengong di cafe. Seru sekali rasanya mengawali tahun baru dengan berjalan-jalan setelah hampir beberapa tahun terakhir tidak terpikir untuk jalan-jalan.

Mengejar Matahari Terbit di Angkor Wat

Saya selalu berusaha bertemu matahari terbit saat berada di sebuah kota maupun negara yang sedang dikunjungi. Sinar matahari pagi itu seperti memberikan energi positif dan penyemangat untuk menjalani hari yang baru. Walaupun saya bukan tipe orang yang senang bangun pagi, tapi demi bertemu matahari yang terbit diufuk Timur saya pun jadi bisa bangun sebelum alarm menyala.

Begitupun ketika berada di Siem Reap. Saya bercita-cita ingin melihat matahari terbit dari Angkor Wat. Saya, Teh Zen, dan Teh Win sudah janjian dengan supir tuk-tuk kami untuk berangkat pukul lima pagi. Malam harinya saya berusaha tidur lebih awal yang tetep aja failed karena baru tidur jam duabelasan. Alarm pun sudah dinyalakan dari mulai jam empat subuh hingga pukul empat lebih lima belas menit. Keesokan harinya, saya baru mendengar alarm saat waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Gawat!!! Saya telat bangun!!!

Saya segera membangunkan Teh Win dan Teh Zen sambil beranjak ke kamar mandi. Kebiasaan banget untuk selalu mandi sebelum pergi >.< . Setelah mandi kilat, gantian Teh Zen dan Teh Win yang ke kamar mandi dan bersiap-siap. Pukul lima lebih lima belas menit kami baru berangkat dari hostel.

Jarak hostel ke Angkor Wat kurang lebih tujuh hingga delapan kilo meter. Saya segera bersyukur sudah membeli tiket dulu kemarin, kalau tidak rasa-rasanya belum tentu kami sempat mengejar matahari terbit. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi dan kami baru dua pertiga perjalanan, saya sudah mulai pesimis tidak bisa melihat matahari terbit. Di dalam hati hanya bisa berdoa, Ya Tuhan YME kalau memang diridhai, semoga berjodoh bertemu dengan sang matahari terbit.

Di jalan menuju Angkor Wat, saya mulai melihat banyak tuk-tuk yang berjalan beriringan, para turis yang sedang mengendarai sepeda motornya, serta turis yang menggunakan sepeda. Kami semua mengejar waktu untuk bisa melihat matahari terbit.

Saat berada di pertigaan danau menuju Angkor Wat, saya pun melihat pemandangan yang menakjubkan. Warna oranye mulai terlihat dikaki langit. Saya, Teh Zen, dan Teh Win hanya bisa menahan nafas melihat pemandangan itu. Rasanya waktu berhenti sepersekian detik sebelum saya mulai mengeluarkan hp untuk merekam momen yang barusan saya rasakan.

IMG_0715

Tuk-tuk kamipun melaju semakin kencang untuk mengejar momen munculnya matahari dari balik tiga bangunan di Angkor Wat. saat akan berbelok ke sebelah kanan menuju pintu masuk Angkor Wat, kami merasakan ban sebelah kiri dari tuk-tuk kami terantuk kerikil dan menyebabkan ban tuk-tuk kempes. Saya sudah pasrah membayangkan tuk-tuk kami akan berhenti di pinggir danau. Ternyata saya salah. Supir kami tetap melajukan tuk-tuknya hingga batas pemberhentian. Kami segera turun dan menuju tempat para turis melihat matahari terbit.

Begitu sampai pintu masuk menuju Angkor Wat, langkah saya terhenti. Terpana melihat pemandangan di depan saya. Warna jingga menyilaukan perlahan naik di balik gerbang Angkor Wat. Saya cuma bisa bengong sebelum akhirnya mengikuti Teh Win dan Teh Zen untuk melihat matahari terbit dari jembatan. Ditengah keterpukauan kami, akhirnya kita memutuskan untuk duduk-duduk menikmati matahari terbit dari danau yang mengelilingi Angkor Wat.

IMG_0767

IMG_0773

Saya, Teh Zen, dan Teh Win menatap matahari terbit cukup lama hingga matahari naik di atas Angkor. Sesekali kami mengobrol tapi banyaknya bengong dan terkagum-kagum dengan indahnya pemandangan di depan. Kami juga sempat membuka perbekalan sarapan dan asyik sarapan dengan masih memandangi sang matahari yang beranjak naik.

IMG_0780

Kebahagian lain saat melihat matahari terbit adalah saya bisa melihat bulan yang berada tinggi di atas. Langsung heboh sendiri bisa merekam pemandangan yang jarang terlihat, bulan berada di atas sementara matahari berada di bawah.

IMG_0733

did you find the moon?

Sebenernya lokasi yang paling terkenal melihat matahari terbit itu berada di depan danau teratai di bagian dalam Angkor Wat. Dari bagian ini kita bisa memfoto matahari terbit dengan pantulan angkor wat di air danau. Tapi berhubung kami dateng telat, ngebayangin harus berdesakan mencari spot foto udah bikin males duluan. Untuk mendapatkan spot foto bagus, biasanya turis-turis sudah mulai berdatangan dari pukul lima pagi. Saya sendiri udah bahagia banget masih dikasi kesempatan memandangi matahari terbit dari danau di luar Angkor Wat. Ternyata jodoh dan rejeki itu emang ga akan ke mana. Buktinya saya masih dikasi kesempatan melihat matahari terbit dari Angkor Wat

Memperlambat Langkah di Siem Reap

Berada tiga hari di Siem Reap berarti menikmati hidup dalam mode lambat dan melakukan hal-hal yang saya sukai. Saya bisa berjam-jam berada di common room hostel tempat menginap untuk membaca novel sambil sesekali melihat jalan di luar yang panas dan sepi. Saya juga bisa berjalan santai menikmati hiruk pikuk turis dan masyarakatnya di sekitaran Pub Street dan Night Market.

IMG_0578

common roomnya bikin betah!!

Siem Reap menjadi tempat turis singgah untuk mengunjungi salah satu situs warisan dunia, Angkor Wat. Praktis dari pagi hingga sore di dalam kotanya tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang. Selain ke Angkor Wat, daerah wisata lainnya memang lebih banyak berada di luar pusat kota Siem Reap. Sebut saja Kulen Mountain yang terletak 60km dari kota atau Banteay Stray yang juga jauh dari kota, belum lagi ada Culture Village dan juga Floating Village di Kampong Pluk.

Untuk di dalam kota, kita bisa menikmati Angkor National Museum yang menjelaskan mengenai Kerajaan Khmer serta Kompleks Candi Angkor Wat. Untuk yang ingin duduk duduk santai, ada Royal Garden yang rindang tidak jauh dari Royal Palace. Kita juga bisa menelusuri The Old Market yang penuh dengan souvenir khas Kamboja hingga makanan khas Khmer. Supir tuk-tuk kamipun sempat menawarkan untuk mendatangi killing field yang langsung kita tolak.

IMG_0611

Di hari pertama Saya, Teh Zen, dan Teh Win menginjakkan kaki di Siem Reap, kami hanya bepergian ke Angkor National Museum sambil berkeliling kota. Menikmati hembusan angin di tengah panasnya Siem Reap. Saran saya jangan lupa pakai sun block biar ga kebakar. Sore harinya kami membeli tiket Angkor Wat yang terletak di bagian counter ticket agar besok subuh bisa langsung masuk ke Angkor Wat demi menikmati matahari tebit. Sebenernya apabila membeli tiket pukul lima sore, kita bisa masuk kawasan Angkor Wat secara cuma-cuma untuk melihat matahari tenggelam. Tapi kami lebih memilih melihat matahari tenggelam esok hari dan memutuskan untuk melihat Angkor Panorama Museum. Di dalam sini kita bisa melihat maket keseluruhan dari kawasan Angkor Wat yang mana luas banget!! Saya sampai bingung besok mau ke mana aja 😀 . Saat akan keluar dari Angkor Panorama Museum, hujan turun sangat deras. Akhirnya kita bengong dulu sambil nungguin hujan berhenti. Malam hari saatnya jalan-jalan di Pub Street dan Night Market untuk mencari souvenir, makanan, dan melihat-lihat kehidupan di malam harinya. Di sepanjang Pub Street kita ketemu banyak pedagang kaki lima yang menjual buah-buahan, durian, martabak telur, hingga makanan aneh seperti kalajengking dan kecoa. Di area Night Market saya mendapatkan buku mengenai Angkor Wat dengan harga 8 USD. Lumayan buat dibawa dan dibaca saat mengunjungi Angkor Wat besok.

IMG_0633

Ticket Counter

IMG_0665

Hari kedua sudah tentu kami seharian di Angkor Wat. Ini mah beneran dari matahari terbit hingga tenggelam kami menjelajah Angkor Wat. Kami hanya kembali ke kota saat makan siang untuk mencari makanan halal. Setelah itu kembali ke hostel sebentar sebelum akhirnya kembali lagi ke kawasan Angkor Wat. Malam harinya kami mencoba salah satu tempat pijat untuk pijat kaki. Maklum seharian dibawa jalan keluar, masuk, naik, dan turun candi membuat kaki saya, Teh Zen, dan Teh Wina pegel-pegel!! Nah di Siem Reap kita akan menemukan banyak banget tempat pijat mulai dari yang bagus sampai yang biasa banget. Dari yang harganya 1 USD sampai 30 USD. Semuanya tergantung mau pijat berapa lama.

IMG_2300

Angkor Wat

Hari ketiga pagi lebih banyak kami habiskan dengan menyelonjorkan kaki di hostel serta packing. Kami baru keluar dari hostel 30 menit sebelum waktu check out. Pokoknya memaksimalkan waktu yang dimiliki untuk selonjoran. Ini sih beneran pegel-pegel dan capek setelah kemarin menjelajahi Angkor Wat. Berhubung penerbangan kami di malam hari, backpack pun dititipkan dulu di hostel. Setelah itu kami berjalan-jalan ke Galleries yang berada di sebelah Angkor National Museum untuk membeli beberapa cinderamata khas Kamboja. Ini adalah kesempatan terakhir kalau mau beli oleh-oleh Kamboja karena nanti malam kami akan melanjutkan perjalanan ke Thailand. Kami juga sempat mengirimkan kartu pos untuk beberapa orang di Indonesia. Setelah itu kita berpikir untuk mencoba sebuah tempat kopi yang juga memiliki menu vegan. Kayaknya ada kali yah dua jam berada di sana untuk ngobrol, menikmati makanan dan minuman yang ada di sana. Kami pun berdiskusi akan ke mana lagi untuk menunggu malam tiba dan pergi ke bandara. Teh Win keingetan ingin mengunjungi beberapa sekolah yang ada di Siem Reap untuk keperluan tugas kuliahnya. Ternyata menyenangkan ya melihat beberapa sekolah di Siem Reap. Rata-rata sekolahnya memiliki halaman yang luas untuk anak-anak bermain. Supir tuk-tuk aja yang kayaknya bingung saat kami memintanya mengantar ke beberapa sekolah yang ada di Siem Reap 😀 .

Kayaknya selama di Kamboja ini kami memang lebih santai saat berjalan-jalan. Banyak duduk dan menikmati suasana yang ada di sekitar. Ini beneran kayak terapi buat saya yang seringnya grasa grusu dan mengerjakan banyak hal. Seperti dipaksa buat lebih tenang, rileks, dan menikmati semua hal yang ada disekitar mulai dari panasnya Kamboja, deretan rumah, mengobrol buanyak hal dengan Teh Zen dan Teh Win, serta mengistirahatkan badan. Menuliskan soal Siem Reap ini bikin saya kangen pengen balik lagi ke sana.

Kuala Lumpur: Batu Cave

img_5100

Batu Cave

Hari pertama di Kuala Lumpur, saya dan Dwi memilih untuk mengunjungi tempat paling mainstream di sana, Batu Cave. Sebelum ke sana, sempet baca dulu soal Batu Cave dari blog Mas Chocky dan Mas YayanMas Yayan. Kalau dari apartemen tempat menginap sih, kita tinggal jalan ke KL Sentral dan beli KTM Komuter jurusan Batu Cave seharga 2,5 MYR. Perjalanan dari KL Sentral ke Batu Cave lamanya 45 menit. Saya dan Dwi sih banyak ngobrol dan curhat colongan disertai dengan bercanda di setiap stasiun yang kami lewati.

Sampai di Batu Cave, saya segera melihat jadwal kereta selanjutnya menuju KL Sentral. Ternyata ada setiap jam. Semoga sempat mengejar kereta selanjutnya ya, karena kalau telat lumayan banget bengong nungguin keretanya.

img_5085

Patung Hanoman

Dari Stasiun Batu Cave, kita akan segera melihat pintu masuk dengan patung Hanoman yang menjulang di sebelahnya. Awalnya saya sempat bingung, di mana patung Dewa Muruga berada. Ternyata ketutupan pohon! 😆 Saya sempat penasaran dengan bangunan di dekat pintu masuk. Iseng melihat ke atas, ternyata salah satu kuil dari banyak kuil lainnya di kawasan Batu Cave. Saya melihat banyak orang yang lagi sembahyang dan juga memfoto bangunan dari dekat. Saya sih memilih turun dan berjalan menuju patung dewa yang tinggi banget itu.

img_5086

Salah satu kuil di Batu Cave

Saat di sana, saya melihat banyak turis Cina, Korea Selatan, maupun Jepang. Mungkin lagi peak season liburan untuk turis dari tiga negara ini kali ya. Walaupun begitu, jauh-jauh ke Batu Cave, ketemunya kok ya sama rombongan dari Farmasi Kampus Gajah!!

-_____-“

Saya sampai diam dulu dan memilih bermain sama merpati daripada foto dengan latar belakang turis yang bawa-bawa spanduk dengan lambang institut tersebut. Setelah turis-turis dari Bandung beres foto-foto, gantian saya sama Dwi yang foto-foto di spot sejuta umat ini. Setelah itu, kami pun berpikir bakal naik ga ya? Kalau dilihat waktunya, hmm memungkinkan sih. Sekalian melihat hasil lari beberapa minggu inikan ya. Jadilah kami berdua mencoba naik ke atas. Saya merasa bersyukur hari ini ga jadi pakai dress kebangsaan. Maklum, tangganya terjal banget!! Jadi walaupun terlihat tinggi, ini lebih karena terjalnya tangga. Saat ditengah jalan, saya rada serem juga melihat ke bawah.

Sampai di atas kita akan melihat Goa dengan beberapa kuil dan patung di dalamnya. Saya melihat tidak ada pemandu atau orang yang bisa ditanya mengenai patung-patung yang dibuat di dalam sini. Akhirnya saya lebih tertarik melihat bagian atas gua. Kami pun melihat ada tangga lagi menuju ke atas. Sepertinya ada kuil lagi di atas sana, jadilah kami kembali menaiki anak tangga. Pemandangan di atas wouw banget!! Bisa melihat langit dari dalam gua itu selalu menarik!! Saya pun melihat banyak yang mengantri untuk bersembahyang di sini.

img_5134

img_5138

Suasana di dalam Gua

img_5136

Jalan menuju kuil paling atas

img_5154

Kuil yang berada paling atas

Asyik melihat bagian atas gua, saya penasaran melihat jam. Eh ternyata tidak selama yang saya bayangkan untuk naik ke atas dan kami masih punya sekitar 15 menit untuk mengejar kereta berikutnya. Saya segera memberi tahu Dwi yang juga setuju untuk mengejar kereta. Segeralah kami berfoto untuk terakhir kalinya sebelum turun dari gua. Perjalanan turunnya mendebarkan!! Efek bisa melihat terjalnya tangga kali ya. Kita berdua sampai ga ngobrol sepanjang jalan saking fokusnya menuruni tangga.

Sampai di bawah, waktu mulai mepet. Kita berjalan cepat menuju stasiun yang berjarak ga sampai lima menit. Begitu tiba di stasiun, kami segera beli tiket dan buru-buru turun tangga. Asemnya, begitu turun tangga pintu KTM Komuternya ketutup dong. Belum berangkat sih, baru ketutup banget. Iseng saya coba buka pintunya, ga berhasil. Duh males bangetkan kalau harus nunggu kereta berikutnya >< . Dwi pun mencoba kembali, sekarang sedikit lebih menekan pintunya. Berhasil!!! Yeay!! Segera kami masuk dan duduk. Alhamdulillah ya berhasil masuk kereta dengan selamat 😀

Singapore: Shophouse The Social Hostel

IMG_8255one of the friendly staff

When I went to Holiday last February, my friends and I prefer to stay at Shophouse The Social Hostel. It located 5 minutes by walk from Bugis MRT, near Bugis Market, just a minute to Sultan Mosque, across Haji Lane, and a lot of cafe and restaurant. For the price? It just around 18 SGD!!!

At first, I was afraid to see the dorm bedroom since it wasn’t spring bed like another hostel. But after I figure it out, It was not as bad as I thought. Maybe because I lower my expectation, so what I got there really great experience.

The front desk really friendly, helpful, kind, and tell us about the tourist place around hostel. The first floor of this hostel is cafe. My friends ate there at second night we slept and said that it was delicious. The second floor is No Man’s Land for woman dormitory, the third is The Loft dorm consist of eight and 12 beds, and the fourth is Social Room consist of 12 beds , and the last floor was rooftop to eat breakfast and chill out.

IMG_8254working Title cafe

IMG_7872the computers

IMG_7873the pantry

At No Man’s Land or woman  dormitory, there are two rooms that consist of eight and 12 beds. For room with 8 beds, there is no window there. I really support you to choose beds that near the window. You can see the cute cafe around Arab Street. For one bed, there is a pillow, blanket, electrical sockets, individual lockers, and reading lights. There are also four bathrooms in this floor, but the toilet is become one with bathroom. So maybe if you not really use to it, it will be little bit inconvenient. What I love in here, they also provide you with iron, hairdryer, soap, and shampoo.

IMG_8250my dormitory

IMG_8253the bathroom

Another thing that I love is social terrace. In the rooftop, you will see room to get your breakfast and free use of the computers. Beside that there is also social lounge. There are board game, movies, television, and also books. There is also social terrace with beautiful view of Kampong Glams and Singapore buildings. My friends and I really love to sit back and talking about everything at the evening. In the morning, it was really interesting to see view from Singapore in the morning and enjoy our breakfast. We can chat with other  people in the social terrace. Event we went for Holiday at Singapore, we still see another Indonesian in here 😆 .

IMG_7888breakfast!!

IMG_7875Scenery around hostel

If you want to know more about Shophouse The Social Hostel, please visit their website.

Singapura: Henderson Wave

IMG_7890

Salah satu keinginan ketika ke Singapura adalah mengunjungi Henderson Wave yang terletak di Henderson Road, sekitar 5 halte bus dari Harbour Front. Memang ga semua orang tahu soal jembatan ini, karena bukan daerah turis. Untuk orang Singapuranya sendiri, jembatan ini lebih sebagai tempat istirahat ketika joging.

Apa yang membuat Henderson Wave istimewa? Buat saya sih jembatan ini menarik karena terbuat dari kayu!!  Selain itu jembatan untuk manusia tertinggi di Singapura ini memiliki pemandangan yang indah banget. Februari kemarin, saya berhasil meracuni temen-temen seperjalanan buat mendatangi jembatan ini.

IMG_7944Henderson Wave dari tangga

Kita sengaja dateng ke sini sebelum main ke Universal Studio Singapore dan ga nyesel dateng pagi-pagi. Matahari masih bersahabat dan sepi!! Kita turun di halte Henderson Road dan bengong liat jembatan yang tinggi banget. Saya sempet ga enak dengan temen-temen seperjalanan karena perjalanan menuju ke atas ini lumayan terjal, kudu melewati puluhan anak tangga. Udah berasa kayak mau ke kuil shaolin!!

IMG_7896puluhan anak tangga menuju Henderson Wave

Tapi semua kelelahan menuju Henderson Wave terbayar kontan saat berada di atas. Pemandangannya indah banget!! Kita bisa ngeliat laut, hutan, hingga deretan gedung. Lengkap deh. Saya juga dibuat kagum dengan deretan kayu yang membentang vertical, beneran membentuk gelombang. Sambil mengagumi pemandangan, kita duduk-duduk menikmati angin sepoi-sepoi.

IMG_7891how can I am not falling in love?

IMG_7892laut, gedung, dan hutan

IMG_7897hari yang cerah di Henderson Wave

Henderson Wave ini merupakan jembatan kayu yang memisahkan dua taman yang luas di Singapura. Kalau sore-sore ke sininya, kita bisa menikmati sunset yang cantik banget. Henderson Wave-nya sendiri juga cantik karena bakal ada lampu-lampu yang membuat suasana sore semakin hangat. Dengan kecantikan yang dimiliki Henderson Wave, ga aneh kalau tempat ini sering dipakai untuk foto pre wedding. Saat saya berkunjung pun tak lama sudah ada sekumpulan orang yang bersiap untuk foto pre wedding.

IMG_7925Berjalan di Henderson Wave

Untuk yang ingin melihat Singapura dari sudut lain, Henderson Wave bisa jadi pilihan. Tinggal bawa cemilan dan kita bisa piknik di atas sini ditemani angin sepoi-sepoi dan pemandangan indah. Kalau solo traveling, duduk di sini dan baca novel bisa jadi pilihan. Berhubung ini ‘hanya’ sebuah jembatan, tentu tempat ini buka 24 jam dan bisa dinikmati kapan saja 🙂 .

Bali: Garuda Wisnu Kencana

IMG_1116Garuda Wisnu Kencana Culture Park

Buat yang sering ke Bali, udah khatamlah ya soal Garuda Wisnu Kencana Culture Park yang terletak di bagian Selatan Bali. Saya sih penasaran aja sama tempat yang satu ini karena belum pernah 😀 . Saya makin tertarik karena seniman yang membuat patung Wisnu dan Garuda ini, I Nyoman Nuarta bermukim di Bandung dan bahkan punya galeri seni. Walau saya belum pernah ke galerinya yang bernama Nu Art, ga ada salahnya kalau melihat hasil karya beliau lewat patung Wisnu dan Garuda yang belum jadi dulu.

Saya dengar pembangunan patung GWK ini sempat berhenti karena krisis moneter dan di tahun 2013 kembali di bangun. Akan tetapi pembangunan patung GWK ini sedikit berbeda dengan sebelumnya karena akan dibangun baru. Ketika kesana tahun 2014, saya lihat bagian Selatan dari GWK memang sedang dikeruk untuk dijadikan bagian dari patung yang baru. Saya baru tahu kalau untuk pembuatan patung GWK ini, I Nyoman Nuarta melakukannya di Bandung, kemudian memindahkan potongan-potongan tersebut ke Bali. Besok-besok saya mesti ke Nu Art nih, siapa tahu bisa lihat potongan-potongan patung GWK yang sedang dikerjakan 😀 .

Kalau sekarang ke GWK Culture Park, mungkin sudah  bisa melihat pembangunan patung GWK yang baru. Selain patung dan kerennya pemandangan dari atas bukit, kita juga bisa melihat sendra tari yang selalu diadakan di amphitheater-nya.

IMG_1118Belakang saya adalah cerita Garuda Wisnu Kancana yang terdiri dari empat panel

IMG_1121Patung Wisnu tanpa lengan

IMG_1131Kepala Garuda

IMG_1161Pertunjukan tari di amphitheater

Saat saya ke sana jam 2 masih terlalu panas. Kalau mau lebih baik ke sana sekitar jam 3 atau 4 aja, biar lebih adem.

Garuda Wisnu Kencana Culture Park
Jl. Raya Uluwatu, Ungasan, Kuta Selatan
Badung 80364, Bali-Indonesia
Website: www.gwkbali.com

[EF]#21 Let’s Go To Bosscha Observatory!!

Holiday is coming, so where are you going to go? Let me tell you one place near Bandung that can be one of your place destination for holiday

IMG_6960Bosscha!!

Bosscha Observatory is the one place that help you to see the stars in Indonesia. It is the oldest and the biggest observatory in Indonesia. It is located in Lembang. It’s about 15km from Bandung. If you are from my age, you would know that this observatory is one of location from “Petualangan Sherina”.

Actually, Bosscha Observatory is a part of the Faculty of Mathematics and Natural Sciences that provide for research institute with specific programs. Because of that, we can’t go to Bosscha every day. For public visit, you can only come on Saturday from 09.00 am to 01.00 pm. The good news is we can have night visit to see the stars!! Just check the date in here.

We can go to Bosscha Observatory by private car, taxi, ojeg, or angkot. Last time I went there, I used angkot Station Hall – Lembang from Pasteur. It will stop in front of the gate. After that I went with ojeg. It was really nice, I had a tour to saw the biggest telescope in Indonesia, “Refractor Double Zeiss”. Besides that, there were other telescopes too in Bosscha Observatory.

IMG_6964Refractor Double Zeiss

My budget from this trip was under Rp.100.000!! These are the detail:
Angkot Sarijadi – St. Hall               Rp.  3.000,-
Angkot St-hall – Lembang             Rp.  7.000,-
Ojeg                                               Rp.  5.000,-
Entry Fee                                       Rp.20.000,-

I hope my next visit is for night visit, aamiin.

* This post is submission for English Friday Challange
** Feel free to be grammar Nazi 🙂

Tahun Baruan di Bromo

IMG_3269bawaan saat pergi, tas dan bantal kecil

Selama 12 tahun tinggal di Surabaya, saya belum pernah mengunjungi Gunung Bromo!! Oleh karena itu, saya seneng banget ketika Puti mengajak geng Garut untuk ke Bromo. Kenapa pas tahun baruan ke Bromonya? Kebetulan tanggal segitu dapet tur-nya 😀 .

IMG_3270good morning from Kircon

Saya berangkat dari stasiun Kiaracondong Bandung menggunakan kereta ekonomi Pasundan pukul 05.20. Sampai di Surabaya, jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Buset, beneran perjalanan panjang ke Surabaya. Maklum sih, soalnya kereta ekonomi ini suka dianaktirikan. Begitu ada kereta eksekutif atau bisnis lewat, kereta ekonomi harus berhenti dan mendahulukan mereka.

IMG_3361goodnight from Surabaya Gubeng

Sampai di Surabaya, kita naik taxi ke rumah om saya. Sampai di rumah, kita sempet makan, mandi, dan ngobrol dengan om. Kemudian om menawarkan untuk memakai mobilnya keliling Surabaya. Langsung disambut dengan bahagia oleh kita semua. Maklum saja, saya dulu lama tinggal di Surabaya, Arian juga orang Surabaya, Puti, Umar, Nuni, dan Tami jarang main ke Surabaya, jadilah kita bahagia bisa jalan malem-malem di Surabaya. Tadinya mau nyoba nyebrang ke Madura. Apa daya waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Kita memutuskan untuk pulang dan tidur. Besok pagi kita mesti ngejer kereta ke Malang.

SAMSUNG CSCyang ujung kanan bawah bukan termasuk rombongan.

Kali ini, kita ke Malang naik kereta eksekutif seharga Rp.30.000,-. Pertimbangannya: takut macet kalau naik bus. Tidak sampai tiga jam, kita sudah tiba di stasiun Kota Baru Malang. Sebelum ke tempat saudara Nuni untuk beristirahat sejenak, kita sarapan dulu di dekat stasiun. Cerita lengkap soal kuliner Malang, nanti di postingan terpisah aja ya 😀 . Sehabis sarapan, kita memilih naik angkot untuk ke rumah saudaranya Nuni. Sampai di sana, kita naro barang, leyeh-leyeh bentar, kemudian diajak keliling kota Malang. Tadinya mau nyobain ke Toko Oen yang terkenal itu, tapi ternyata ada masakan yang mengandung babi, bubar jalan deh. Jadinya ke tempat lain. Sepanjang hari kita ke Museum Malang Tempo Doloe, makan es krim, dan dilanjut makan bakso bakar, kita pulang dan leyeh-leyeh sebelum sorenya ke stasiun Kota Baru Malang untuk di jemput sama Mas Roni dari Cheap N Go. 

Untuk ke Bromo kita dapat menggunakan beberapa jalur, salah satunya adalah melalui Wonokitri. Kita berangkat dari stasiun Kota Baru Malang pukul 20.00. Ternyata satu mobil elf, isinya orang Bandung semua 😆 *ga sidho ngomong boso Jowo*. Sampai di Wonokitri jam berapa? Jam setengah sebelas malem juga udah nyampe. Cek udara dulu dengan turun dari mobil yang hangat. Edan…..dingin banget!!! Langsung ganti jaket yang rada tebel dan beli kupluk. Saya menyesal hanya membawa kain bali dan ga bawa syal yang rada tebel. Dingin dan berangin soalnya. Menanti jam 12, daripada jalan-jalan ditemani gerimis yang bikin galau, saya memilih tidur aja. Jam 12 bangun, turun dari mobil, liat kembang api, lalu kembali tidur 😆 .

Pukul 02.00 dini hari, saya dibangunkan oleh Mas Roni untuk pergi ke Pananjakan dan nungguin matahari terbit dengan menggunakan jeep. Rombongan yang berasal dari satu mobil elf, dipecah menjadi dua kelompok. Baru saat di jeep ini saya berkenalan dengan anggota rombongan yang lain. Seru juga nyobain open travel, sehingga bisa bertemu orang baru dan mungkin jodoh. Pukul 02.30, udah penuh aja Pananjakan, sampai jeepnya berhenti di Pananjakan-2. Kalau mau melihat matahari terbit di tempat yang oke, kita mesti ke Pananjakan-1 yang masih 4km lagi dari sana. Di sinilah tukang ojeg berburu mangsa. Kalau mau naik ojeg, pastikan mau nego harga, karena kalau engga dinaikin gila-gilaan x_x . Oia, sebelum naik jeep juga, usahakan ke toilet dulu, karena ketika di Wonokitri, kita hanya membayar Rp.2000,- sedangkan di Pananjakan, toiletnya bayar Rp.4000,-!! Bagaimana dengan harga ojeg? Akhirnya berhasil nego harga Rp.50.000,- untuk bonceng bertiga, si mas ojeg, saya, dan seorang teman.

IMG_3510mataharinya ga keliatan

Sampai Pananjakan-1 udah penuh aja sama orang-orang. Maklum, semua ingin menyaksikan matahari terbit pertama di 2015 dari sini. Udara di Pananjakan-1 ini dingin banget!! Saya merasa salah banget ga nge-double baju dan menggunakan jaket yang tipis banget. Harusnya bawa sweater ya. Sambil menanti matahari terbit, kita akhirnya berusaha menghangatkan diri dan ngobrol ngalor ngidul. Selain udara dingin, sisa gerimis semalam sukses bikin kabut tebel banget dan banyak awan mendung. Hingga akhirnya pukul 05.30 kita memutuskan menghangatkan diri di warung dekat Pananjakan-1. Sedih, gagal melihat matahari terbit. Sepertinya saya harus ke bromo lagi nih 😀 .

IMG_3512mendung dan berkabut

Berhubung udah pukul 05.30 pagi, kita menghangatkan diri dengan segelas milo hangat, pop mie, dan juga jagung rebus. Kalau lagi bepergian seperti ini, makan pop mie tuh jadi nikmat banget. Setelah energi kembali terisi penuh dan males naik ojeg, kita akhirnya mencoba untuk berjalan menuju Pananjakan-2. Jauh banget ternyata 😆 . Tapi seru kok, karena kita bisa ngeliat pemandangan di skeitar Bromo saat terang. Sepanjang jalan, tetep banyak yang nawarin ojeg dan keliatan bingung ngeliat ada enam orang yang niat banget jalan kaki dari Pananjakan-1 ke Pananjakan-2.

IMG_3513muka-muka kedinginan

IMG_3528Walau sudah terang, tetap saja ga nemu matahari terbit 😦

IMG_3530jagung bakar!!

Saking lamanya kita ga nyampe-nyampe, sampai ditelponin sama Mas Roni. Dari Pananjakan-2 ini rencananya mau ke Savana yang berada di belakang Gunung Bromo. Keren banget, Savananya. Berwarna hijau segar dan juga terdapat dinding-dinding batu. Walau saya ga habis pikir, kenapa nama Savana ini lebih dikenal sebagai bukit teletubbies 😐 . Kerjaan di Savana ngapain aja? Foto-foto dengan berbagai gaya dong *mainstream banget*.

IMG_3549savana

IMG_3622gaya dulu di depan jeep.
Terima kasih Mas Roni sudah membantu motoin kita.

Setelah dari Savana, dilanjutkan dengan ke Pasir Berbisik. Sebenarnya ini adalah kawasan berpasir yang ada di sekitar Gunung Bromo. Penamaannya mengingatkan saya kepada film Indonesia berjudul sama. Saat melihat pasir, saya jadi ingat kebiasaan menuliskan nama saya di pasir. Selain itu, ada kejadian saya ingin menuliskan sesuatu di pasir yang langsung dihapus jejaknya sama Umar dan ia langsung lari. Sebel banget!! Langsung mengejar Umar untuk mukulin dia. Saat lari ini, rasanya puas banget. Udah lama saya ga berlari kencang dan bebas seperti hari itu. Efek dari nulis-nulis di pasir ini, saya abis dibecandain sama Mas Roni 😐 .

IMG_3570Pasir Berbisik

IMG_3578nama di pasir

Puas main dan berlarian di Pasir Berbisik, kitapun beranjak ke Gunung Bromo. Rata-rata peserta tur udah mulai kelelahan dan banyak yang milih buat nyari sarapan. Peserta yang tetep pengen naik ke Gunung Bromo hanya berlima, yaitu Saya, Puti, Novi, Biyan dan pasangannya, serta Mas Roni.  Saat di awal perjalanan, Mas Roni menawarkan untuk naik kuda agar cepat sampai dan ga buang stamina. Selain itu sepanjang perjalanan juga banyak banget yang nawarin untuk berkuda sampai tangga menuju kawah Gunung Bromo. Kami berlima tetap menolak. Selain mahal, saya dan Puti ingin mencoba untuk jalan ke atas. Perjalanan sejauh 4 km plus plus-pun kami tempuh. Pastikan bawa masker saat tracking  di Gunung Bromo, karena debunya bercampur dengan kotoran kuda plus asep dari knalpot motor.

IMG_3582perjalanan awal menuju kawah

Jalur yang menurut saya paling bikin pusing adalah di tengah-tengah, karena lumayan nanjak dan mesti menghindari si kuda serta motor. Saya sudah mulai pusing, tetapi tetap bertekad nyampe ke atas. Tanggung banget ke Bromo dan ga naik ke kawahnya. Sebelum mulai naik tangga, darah rendah kumat. Sekeliling jadi gelap. Segera banyakin minum dan istirahat sejenak hingga sekitar saya tidak gelap lagi. Setelah baikan, mulai jalan lagi hingga di awal tangga naik. Puasin dulu melihat ke sekitar sebelum akhirnya mulai menaiki tangga.

IMG_3583istirahat sejenak.

Sayapun mulai menaiki 250 anak tangga satu persatu, pelan-pelan. Ga mau ngoyo. Kalau capek berhenti sebentar, minum dulu, kemudian naik tangga lagi hingga akhirnya sampai di puncak kawah Gunung Bromo. I am proud of my self. Untuk yang udah biasa naik gunung, apalah arti naik Gunung Bromo. Buat saya yang pertama kali naik gunung, ini adalah pencapaian pertama saya. Biasanya ke Gunung Tangkuban Perahu pun pakai mobil hingga bibir kawah. Puas-puasin untuk melihat ke bawah dan ke atas, serta melihat ke kawah Gunung Bromo. Saya merasa mengalahkan diri saya yang bawaannya mau nyerah. Serasa pembuktian aja kalau kita ga nyerah dan terus berjalan, suatu saat akan sampai kok ke tujuan.

IMG_3585kawah Gunung Bromo

IMG_3603muka bahagia berhasil naik ke Gunung Bromo

IMG_3620turun gunung

Perjalanan ke Bromo ini, serasa perjalanan hati untuk saya. Memberikan makan kepada jiwa yang sedang gundah, mencoba menata kembali pikiran dan perasaan, memberikan kembali makna yang hilang, dan menemukan berbagai hal yang kemarin-kemarin sempat saya lupakan. Sebenarnya, haislnya sih sama seperti nasihat semua teman-teman saya, tetapi tentu menjadi berbeda ketika saya menemukan jawaban permasalahan dari dalam diri sendiri.

Sesuai dengan teori Gestlat dari Kohler mengenai insight learning. Menurutnya, belajar merupakan proses insight, yaitu pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Sehingga, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Ketika kita dapat memecahkan suatu masalah dari hasil proses berpikir dan mendapatkan insight, akan membuat kita lebih paham dengan masalah yang sedang dihadapi dan tidak denial terus. Kalau kita hanya mendapat masukan dari orang lain, biasanya kita saya sering mendebat masukan dari orang tersebut. Sedangkan apabila kita memecahkan masalah hasil dari insight, kita bisa lebih menerima dan dapat lebih legowo.

Balik lagi ke cerita Gunung Bromo. Puas main-main di puncak, kita pun turun gunung. Naiknya membutuhkan waktu 45 menit, turunnya hanya 15 menit saja!! Sampai di jeep, kita sudah ditunggu oleh semua orang 😀 . Setelah anggota lengkap, kitapun kembali ke Wonokitri. Di Wonokitri sempat ngemil dan isi perut dulu, ke toilet, dan bersiap-siap untuk kembali ke Malang. Sepanjang perjalanan Wonokitri –  Malang, saya puas tidur di mobil. Walau perjalanannya bikin mabok karena berkelok-kelok dan kondisi jalan yang rusak, serta macet, saya tetap bisa tidur nyenyak 😆 .

IMG_3677bawaan ketika pulang ke Bandung

IMG_3679pulang ke Bandung, muka agak gosong, dan tas selempang ga cukup di backpack

Sampai di Malang, kita berenam pun berpisah dengan rombongan Cheap N Go dan kembali ke rumah saudaranya Nuni. Sempat istirahat sebentar, sebelum akhirnya jalan-jalan lagi malamnya. Keesokan harinya, kita sempet jajan di depan Tugu Malang serta beli oleh-oleh. Siangnya kita balik lagi ke Stasiun Kota Baru Malang untuk pulang ke Bandung. Sampai bertemu lagi kota Malang.

Kereta Ekonomi Sekarang

IMG_3276muka masih pada cerah

Masih ingatkah kereta ekonomi beberapa tahun yang lalu? Panas, kurang tertata, banyak pedagang yang lewat, satu tempat duduk untuk bertiga bisa diisi oleh empat orang, bahkan sampai ada yang tidur di depan WC. Oia jangan lupakan penumpang yang membawa ayam di dalam kereta. Bagaimana wajah kereta ekonomi sekarang? Jauh banget dari kesan sesak nafas seperti dulu.

IMG_3281bersih dan ber-AC

Kereta ekonomi saat ini tidak memperbolehkan ada tiket berdiri. Semua penumpang harus duduk sesuai dengan nomer yang tertera di karcis kereta. Selain itu setiap gerbong sudah memiliki AC sehingga tidak akan tercium bau keringat lagi.


IMG_3334pemandangan sepanjang jalan

Bagaimana dengan pedagang? Sejak beberapa bulan ini, stasiun kereta tidak memperbolehkan ada pedagang yang naik ke kereta. Jangankan pedagang, pengantar dan penjemput tidak lagi dibolehkan masuk ke ruang tunggu kereta api. Hanya pemilik tiket kereta yang diperbolehkan masuk. Saya paling kangen sama penjual pecel setiap kali berhenti di stasiun Madiun. Sayang sekarang jadi tidak bisa menikmati pecel madiun dari kereta.

IMG_3280colokan listrik

Saya juga dikagetkan dengan adanya dua buah colokan listrik di kereta. Saya pikir, colokan listrik hanya ada di kereta eksekutif 😆 . Untuk toiletnya sendiri, tentu lebih bersih daripada sebelumnya.

IMG_3740kerjaan di kereta: nonton dan makan

Jadi selama di kereta kita ngapain aja nih? Ngobrol, tidur, becanda, nyepet, curhat, nonton film, main game, baca novel, dengerin lagu, ngemil, makan, ngemil, dan makan 😆 .Oia, sejak awal tahun PT. Kereta Api Indonesia mulai memberlakukan tarif non subsidi untuk kelas ekonomi. Jadi yang awalnya harga kereta Rp.50.000,- naik menjadi Rp.100.000,- ke atas. Jadi kalau harga kelas ekonomi dan bisnis tidak jauh berbeda, lebih baik pilih kelas bisnis saja.