Tahun Baruan di Bromo

IMG_3269bawaan saat pergi, tas dan bantal kecil

Selama 12 tahun tinggal di Surabaya, saya belum pernah mengunjungi Gunung Bromo!! Oleh karena itu, saya seneng banget ketika Puti mengajak geng Garut untuk ke Bromo. Kenapa pas tahun baruan ke Bromonya? Kebetulan tanggal segitu dapet tur-nya 😀 .

IMG_3270good morning from Kircon

Saya berangkat dari stasiun Kiaracondong Bandung menggunakan kereta ekonomi Pasundan pukul 05.20. Sampai di Surabaya, jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Buset, beneran perjalanan panjang ke Surabaya. Maklum sih, soalnya kereta ekonomi ini suka dianaktirikan. Begitu ada kereta eksekutif atau bisnis lewat, kereta ekonomi harus berhenti dan mendahulukan mereka.

IMG_3361goodnight from Surabaya Gubeng

Sampai di Surabaya, kita naik taxi ke rumah om saya. Sampai di rumah, kita sempet makan, mandi, dan ngobrol dengan om. Kemudian om menawarkan untuk memakai mobilnya keliling Surabaya. Langsung disambut dengan bahagia oleh kita semua. Maklum saja, saya dulu lama tinggal di Surabaya, Arian juga orang Surabaya, Puti, Umar, Nuni, dan Tami jarang main ke Surabaya, jadilah kita bahagia bisa jalan malem-malem di Surabaya. Tadinya mau nyoba nyebrang ke Madura. Apa daya waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Kita memutuskan untuk pulang dan tidur. Besok pagi kita mesti ngejer kereta ke Malang.

SAMSUNG CSCyang ujung kanan bawah bukan termasuk rombongan.

Kali ini, kita ke Malang naik kereta eksekutif seharga Rp.30.000,-. Pertimbangannya: takut macet kalau naik bus. Tidak sampai tiga jam, kita sudah tiba di stasiun Kota Baru Malang. Sebelum ke tempat saudara Nuni untuk beristirahat sejenak, kita sarapan dulu di dekat stasiun. Cerita lengkap soal kuliner Malang, nanti di postingan terpisah aja ya 😀 . Sehabis sarapan, kita memilih naik angkot untuk ke rumah saudaranya Nuni. Sampai di sana, kita naro barang, leyeh-leyeh bentar, kemudian diajak keliling kota Malang. Tadinya mau nyobain ke Toko Oen yang terkenal itu, tapi ternyata ada masakan yang mengandung babi, bubar jalan deh. Jadinya ke tempat lain. Sepanjang hari kita ke Museum Malang Tempo Doloe, makan es krim, dan dilanjut makan bakso bakar, kita pulang dan leyeh-leyeh sebelum sorenya ke stasiun Kota Baru Malang untuk di jemput sama Mas Roni dari Cheap N Go. 

Untuk ke Bromo kita dapat menggunakan beberapa jalur, salah satunya adalah melalui Wonokitri. Kita berangkat dari stasiun Kota Baru Malang pukul 20.00. Ternyata satu mobil elf, isinya orang Bandung semua 😆 *ga sidho ngomong boso Jowo*. Sampai di Wonokitri jam berapa? Jam setengah sebelas malem juga udah nyampe. Cek udara dulu dengan turun dari mobil yang hangat. Edan…..dingin banget!!! Langsung ganti jaket yang rada tebel dan beli kupluk. Saya menyesal hanya membawa kain bali dan ga bawa syal yang rada tebel. Dingin dan berangin soalnya. Menanti jam 12, daripada jalan-jalan ditemani gerimis yang bikin galau, saya memilih tidur aja. Jam 12 bangun, turun dari mobil, liat kembang api, lalu kembali tidur 😆 .

Pukul 02.00 dini hari, saya dibangunkan oleh Mas Roni untuk pergi ke Pananjakan dan nungguin matahari terbit dengan menggunakan jeep. Rombongan yang berasal dari satu mobil elf, dipecah menjadi dua kelompok. Baru saat di jeep ini saya berkenalan dengan anggota rombongan yang lain. Seru juga nyobain open travel, sehingga bisa bertemu orang baru dan mungkin jodoh. Pukul 02.30, udah penuh aja Pananjakan, sampai jeepnya berhenti di Pananjakan-2. Kalau mau melihat matahari terbit di tempat yang oke, kita mesti ke Pananjakan-1 yang masih 4km lagi dari sana. Di sinilah tukang ojeg berburu mangsa. Kalau mau naik ojeg, pastikan mau nego harga, karena kalau engga dinaikin gila-gilaan x_x . Oia, sebelum naik jeep juga, usahakan ke toilet dulu, karena ketika di Wonokitri, kita hanya membayar Rp.2000,- sedangkan di Pananjakan, toiletnya bayar Rp.4000,-!! Bagaimana dengan harga ojeg? Akhirnya berhasil nego harga Rp.50.000,- untuk bonceng bertiga, si mas ojeg, saya, dan seorang teman.

IMG_3510mataharinya ga keliatan

Sampai Pananjakan-1 udah penuh aja sama orang-orang. Maklum, semua ingin menyaksikan matahari terbit pertama di 2015 dari sini. Udara di Pananjakan-1 ini dingin banget!! Saya merasa salah banget ga nge-double baju dan menggunakan jaket yang tipis banget. Harusnya bawa sweater ya. Sambil menanti matahari terbit, kita akhirnya berusaha menghangatkan diri dan ngobrol ngalor ngidul. Selain udara dingin, sisa gerimis semalam sukses bikin kabut tebel banget dan banyak awan mendung. Hingga akhirnya pukul 05.30 kita memutuskan menghangatkan diri di warung dekat Pananjakan-1. Sedih, gagal melihat matahari terbit. Sepertinya saya harus ke bromo lagi nih 😀 .

IMG_3512mendung dan berkabut

Berhubung udah pukul 05.30 pagi, kita menghangatkan diri dengan segelas milo hangat, pop mie, dan juga jagung rebus. Kalau lagi bepergian seperti ini, makan pop mie tuh jadi nikmat banget. Setelah energi kembali terisi penuh dan males naik ojeg, kita akhirnya mencoba untuk berjalan menuju Pananjakan-2. Jauh banget ternyata 😆 . Tapi seru kok, karena kita bisa ngeliat pemandangan di skeitar Bromo saat terang. Sepanjang jalan, tetep banyak yang nawarin ojeg dan keliatan bingung ngeliat ada enam orang yang niat banget jalan kaki dari Pananjakan-1 ke Pananjakan-2.

IMG_3513muka-muka kedinginan

IMG_3528Walau sudah terang, tetap saja ga nemu matahari terbit 😦

IMG_3530jagung bakar!!

Saking lamanya kita ga nyampe-nyampe, sampai ditelponin sama Mas Roni. Dari Pananjakan-2 ini rencananya mau ke Savana yang berada di belakang Gunung Bromo. Keren banget, Savananya. Berwarna hijau segar dan juga terdapat dinding-dinding batu. Walau saya ga habis pikir, kenapa nama Savana ini lebih dikenal sebagai bukit teletubbies 😐 . Kerjaan di Savana ngapain aja? Foto-foto dengan berbagai gaya dong *mainstream banget*.

IMG_3549savana

IMG_3622gaya dulu di depan jeep.
Terima kasih Mas Roni sudah membantu motoin kita.

Setelah dari Savana, dilanjutkan dengan ke Pasir Berbisik. Sebenarnya ini adalah kawasan berpasir yang ada di sekitar Gunung Bromo. Penamaannya mengingatkan saya kepada film Indonesia berjudul sama. Saat melihat pasir, saya jadi ingat kebiasaan menuliskan nama saya di pasir. Selain itu, ada kejadian saya ingin menuliskan sesuatu di pasir yang langsung dihapus jejaknya sama Umar dan ia langsung lari. Sebel banget!! Langsung mengejar Umar untuk mukulin dia. Saat lari ini, rasanya puas banget. Udah lama saya ga berlari kencang dan bebas seperti hari itu. Efek dari nulis-nulis di pasir ini, saya abis dibecandain sama Mas Roni 😐 .

IMG_3570Pasir Berbisik

IMG_3578nama di pasir

Puas main dan berlarian di Pasir Berbisik, kitapun beranjak ke Gunung Bromo. Rata-rata peserta tur udah mulai kelelahan dan banyak yang milih buat nyari sarapan. Peserta yang tetep pengen naik ke Gunung Bromo hanya berlima, yaitu Saya, Puti, Novi, Biyan dan pasangannya, serta Mas Roni.  Saat di awal perjalanan, Mas Roni menawarkan untuk naik kuda agar cepat sampai dan ga buang stamina. Selain itu sepanjang perjalanan juga banyak banget yang nawarin untuk berkuda sampai tangga menuju kawah Gunung Bromo. Kami berlima tetap menolak. Selain mahal, saya dan Puti ingin mencoba untuk jalan ke atas. Perjalanan sejauh 4 km plus plus-pun kami tempuh. Pastikan bawa masker saat tracking  di Gunung Bromo, karena debunya bercampur dengan kotoran kuda plus asep dari knalpot motor.

IMG_3582perjalanan awal menuju kawah

Jalur yang menurut saya paling bikin pusing adalah di tengah-tengah, karena lumayan nanjak dan mesti menghindari si kuda serta motor. Saya sudah mulai pusing, tetapi tetap bertekad nyampe ke atas. Tanggung banget ke Bromo dan ga naik ke kawahnya. Sebelum mulai naik tangga, darah rendah kumat. Sekeliling jadi gelap. Segera banyakin minum dan istirahat sejenak hingga sekitar saya tidak gelap lagi. Setelah baikan, mulai jalan lagi hingga di awal tangga naik. Puasin dulu melihat ke sekitar sebelum akhirnya mulai menaiki tangga.

IMG_3583istirahat sejenak.

Sayapun mulai menaiki 250 anak tangga satu persatu, pelan-pelan. Ga mau ngoyo. Kalau capek berhenti sebentar, minum dulu, kemudian naik tangga lagi hingga akhirnya sampai di puncak kawah Gunung Bromo. I am proud of my self. Untuk yang udah biasa naik gunung, apalah arti naik Gunung Bromo. Buat saya yang pertama kali naik gunung, ini adalah pencapaian pertama saya. Biasanya ke Gunung Tangkuban Perahu pun pakai mobil hingga bibir kawah. Puas-puasin untuk melihat ke bawah dan ke atas, serta melihat ke kawah Gunung Bromo. Saya merasa mengalahkan diri saya yang bawaannya mau nyerah. Serasa pembuktian aja kalau kita ga nyerah dan terus berjalan, suatu saat akan sampai kok ke tujuan.

IMG_3585kawah Gunung Bromo

IMG_3603muka bahagia berhasil naik ke Gunung Bromo

IMG_3620turun gunung

Perjalanan ke Bromo ini, serasa perjalanan hati untuk saya. Memberikan makan kepada jiwa yang sedang gundah, mencoba menata kembali pikiran dan perasaan, memberikan kembali makna yang hilang, dan menemukan berbagai hal yang kemarin-kemarin sempat saya lupakan. Sebenarnya, haislnya sih sama seperti nasihat semua teman-teman saya, tetapi tentu menjadi berbeda ketika saya menemukan jawaban permasalahan dari dalam diri sendiri.

Sesuai dengan teori Gestlat dari Kohler mengenai insight learning. Menurutnya, belajar merupakan proses insight, yaitu pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Sehingga, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Ketika kita dapat memecahkan suatu masalah dari hasil proses berpikir dan mendapatkan insight, akan membuat kita lebih paham dengan masalah yang sedang dihadapi dan tidak denial terus. Kalau kita hanya mendapat masukan dari orang lain, biasanya kita saya sering mendebat masukan dari orang tersebut. Sedangkan apabila kita memecahkan masalah hasil dari insight, kita bisa lebih menerima dan dapat lebih legowo.

Balik lagi ke cerita Gunung Bromo. Puas main-main di puncak, kita pun turun gunung. Naiknya membutuhkan waktu 45 menit, turunnya hanya 15 menit saja!! Sampai di jeep, kita sudah ditunggu oleh semua orang 😀 . Setelah anggota lengkap, kitapun kembali ke Wonokitri. Di Wonokitri sempat ngemil dan isi perut dulu, ke toilet, dan bersiap-siap untuk kembali ke Malang. Sepanjang perjalanan Wonokitri –  Malang, saya puas tidur di mobil. Walau perjalanannya bikin mabok karena berkelok-kelok dan kondisi jalan yang rusak, serta macet, saya tetap bisa tidur nyenyak 😆 .

IMG_3677bawaan ketika pulang ke Bandung

IMG_3679pulang ke Bandung, muka agak gosong, dan tas selempang ga cukup di backpack

Sampai di Malang, kita berenam pun berpisah dengan rombongan Cheap N Go dan kembali ke rumah saudaranya Nuni. Sempat istirahat sebentar, sebelum akhirnya jalan-jalan lagi malamnya. Keesokan harinya, kita sempet jajan di depan Tugu Malang serta beli oleh-oleh. Siangnya kita balik lagi ke Stasiun Kota Baru Malang untuk pulang ke Bandung. Sampai bertemu lagi kota Malang.

Rencana Jalan ke Gunung Bromo

IMG_3287happy vacation
Umar – Saya – Puti – Nuni – Tami – Arian

Tahun baru kali ini, saya dan lima orang teman-teman yang tahun lalu ke Garut berencana untuk ke Bromo. Kita pergi selama empat hari tiga malam. Semalam di Surabaya, semalam di Bromo, dan semalam di Malang. Mengapa harus ke Surabaya dulu? Alesannya karena tiket kereta api ekonomi Bandung – Surabaya dan dilanjutkan kereta eksekutif Surabaya – Malang lebih murah daripada Bandung – Malang *nasib lagi pada berhemat*.

Untuk rencana perjalanannya sendiri, kita pergi hari Selasa tanggal 30 Desember 2014 pagi dari stasiun Kiaracondong. Sampai di Surabaya jam 10 malam. Sampai di Surabaya kita menginap di rumah om saya. Hari Rabu tanggal 31 Desember 2014 pagi kita kembali naik kereta ke Stasiun Kota Baru Malang. Sampai di Malang pukul 10.00. Sampai stasiun yang dilakukan pertama adalah mencari sarapan 😆 . Setelah itu lanjut ke rumah tantenya Nuni untuk menaruh barang-barang. Jadi ke Bromo ga perlu ngegendong ransel Gede.

Berhubung kita ke Bromo menggunakan jasa Cheap and Go Tour and Travel, kami bertemu dengan pemandunya pukul 19.00 di Stasiun Kota Baru Malang. Kita di Bromo hingga tanggal 1 Januari 2015 siang, kemudian kembali di antar hingga Stasiun Kota Baru Malang. Hari Jumat tanggal 2 Januari 2015 siang, kita pulang ke Bandung.

Untuk cerita lengkap perjalanannya, saya tulis terpisah ya 😀