[EF]#16.3 Three Things That Make Me Hard to Move On

This couple day, I have three things that make me hard to move on from it. It’s just really hard to forget and move to another thing. So here they are:

  1. Novel: Supernova Intelegensi Embun Pagi
    As you knew, last Saturday Dewi Lestari or Dee just launched her last novel from hexalogy Supernova. I won’t tell you about the novel, but I want to share my mix feeling when I read it. I got this book at Saturday, after I came back from Ciater. My body still exhausted but I feel exciting to read it. So I read it until midnight and start to read again Sunday morning and finished at noon. When I read the book, It feels like I am one of them that activated. I felt headache, surprise, didn’t believe at first. It is a wonderful journey. At the end of the book I feel sad that this series has reach the end. I felt lost and happy and didn’t want to move on from this book. I know that as Dee said in this book. Every beginning going to have ending, but I am not ready yet to say good bye. I want to read it once again.

FullSizeRendermy “Intelegensi Embun Pagi” novel

  1. Korean Drama: Sassy Go Go
    The story is about five students of Sevit High School in Seoul as they attempt to survive in a vicious environment where academic elitism takes place. Kang Yeon-doo (Jung Eun-ji) is the leader of outcast street dance club “Real King”, a group of students who band together because of their poor academic performance, whereas Kim Yeol (Lee Won-keun) is the President of “Baek Ho”, an elite club composed of students from the top 5 percent. When the two clubs are forcibly merged to create a cheerleading squad, the two put their differences aside for the benefit of their clubs. As they go on with their misadventures, lots of things happened that has resulted to a great and unbreakable bond (taken from wiki). What I love about the drama is the story between Kang Yeon Doo and Kim Yeol. They are so cute!! The story about high school love is fun and cheerful. It makes me laugh until now. Beside, Kim Yeol as number one at Sevit School is really serious and didn’t believe with people as time goes by he start to act like 18 years old school boy that laugh alone when he fall in love. It was cute!!

this cute couple!!
Pict taken from here

  1. Korean Drama: Descendants of The Sun
    I am waiting for this Korean drama because it is Song Joong Ki first drama after he finished his conscription. I knew Song Joong Ki when he still main case at Running Man. He was a cute man an have a nick name flower boys. But in this drama, after he finished from conscription, he is really manly. Oh I can’t take my eyes from him!!

Song Joonng Ki!!
Pict taken form here

So that’s the things that make me hard to move on these day 😀

* This post is submission for English Friday Challange
** Feel free to be grammar Nazi

It’s Too Personal

IMG_9682

Travel is finding out the reason to write, and more reason to live.

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam penerbangan – tiga menit setelah take off dan 8 menit sebelum landing – karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. In a way, it’s kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama sifatnya krtisi karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah – delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah seseorang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu atau justru menjadi perpisahan.

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta – Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin ia menginginkan Anya.

Kini, lima tahun dari perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.

Saya berkenalan pertama kali dengan Critical Eleven sekitar tahun 2012, saat Ika Natassa lewat akun twitternya membuat twit panjang soal Travel. Tadinya mau saya tulis di salah satu jurnal dari journ(al)ey. Halamannya udah disediain, apa daya kelupaan buat ditulis. Perkenalan selanjutnya melalui kumpulan cerpen “Autumn Once More”. Di sana Ika kembali menceritakan mengenai Critical Eleven. Semacam makanan pembuka sebelum novelnya keluar. Saya sampai menulis cerita sendiri mengenai Critical Eleven di blog ini. Yah walaupun tentu saja tulisannya ga ada hubungan sama novel, tapi saya jadi tahu istilah baru 😀 .

Membaca Critical Eleven adalah pengalaman yang sangat personal untuk saya. Bacanya mulai dari mewek, narik nafas, tutup novel, mikir, balik baca lagi, sampai bengong sepersekian detik. Lebay? Mungkin iya. Bawa-bawa perasaan alias baper? Mungkin iya. Tapi, saya benar-benar merasakan pergolakan emosi di novel ini. Apalagi ada beberapa kata-kata Ale – Tanya – Bapak Jendral yang membuat saya sejenak merenung dan meresapi kata demi katanya. Walaupun waktu bagian-bagian awal sempet agak bingung dan rada lama bacanya, tapi ditengah-tengah jadi ga pengen ngelepasin bukunya sampai tamat.

Tokoh-tokoh di Critical Eleven ini menurut saya humanis. Ga cuma ngomongin soal bahagia atau pun glamor terus, tapi juga permasalahan-permasalahan yang cukup dekat dan bahkan dialami sendiri oleh kita. Seperti sulitnya Long Distance Relationship (married or not), hubungan orang tua dan anak, hubungan saudara, ataupun hubungan antar pasangan. Karena itu pula, lagi-lagi saya merasakan bahwa novel ini sangat personal. Satu yang berbeda dengan novel Ika Natassa lainnya, tokoh utama ceweknya bukan banker!!

Setelah Sepuluh Tahun: Lukisan Hujan

IMG_5807

En la lluvia, cuando le recuerdo

From Sisy as old as I am
Until I am older than Diaz
I miss you a lot Lukisan Hujan

Saya adalah salah seorang pembaca yang menantikan dicetak ulang dan diperbaharuinya novel Lukisan Hujan dari Sitta Karina. Pertama kali memegang novel ini saat sampul depannya masih bergambar lukisan pegunungan disertai rinai hujan. Saya yang memang menyukai rintik hujan langsung memegang novel tersebut dan menimbang untuk membelinya. Apalagi saat membaca kalimat berbahasa Spanyol yang menjadi pembuka tulisan ini. Arti tulisan itu sendiri adalah “di dalam hujan, ketika ku mengingatmu”. Akhirnya, sayapun membeli novel tersebut dan jatuh cinta dengan cerita Diaz, Sisy, keluarga Hanafiah, serta Bintaro Lakeside.

Setelah sepuluh tahun, Sitta Karina kembali menerbitkan Lukisan Hujan dengan beberapa tambahan cerita di dalamnya. Membaca ulang novel ini tidak lantas membuat saya bosan. Walau secara garis besar ceritanya berubah, tetapi perasaan ketika membacanya sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Seperti membaca novel yang baru terbit. Saya sampai membaca ulang semua seri Hanafiah yang saya miliki saking geregetan membaca Lukisan Hujan.

Walaupun begitu, beberapa bab awal Lukisan Hujan terbaru ini seperti melompat-lompat dan ada beberapa scene yang membuat pembaca saya kurang paham ketika membacanya. Sampai cek ricek dengan novel yang lama 😀 . Kalau soal kehidupan mewah kaum sosialitanya, ya memang berlebihan, tapi buat saya tidak terlalu ganggu sih, anggep aja tambahan pengetahuan. Karakter tokohnya sendiri, pas. Tidak berlebihan dan semuanya memiliki sisi humanis yang jarang ada di novel bergenre teenlit. Egoisnya Igo, cueknya Fey, kagumnya Nina ke cowo yang lebih tua, temperamennya Diaz, hingga childish-nya Sisy karena ia masih SMA.

Secara keseluruhan, saya menikmati membaca ulang buku Lukisan Hujan ini. Sepanjang saya membaca novel ini, hujanpun terus turun di Bandung, membuat saya menikmati membaca novel ditemani latte atau cokelat hangat serta suara rintik hujan.

Sabtu Bersama Bapak

IMG_4018Sabtu bersama Bapak

Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid, yang sama-sama kuat.
Bukan yang saling ngisi kelemahan.
Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang.
Bukan tanggung jawab orang lain.
Find someone complimentary, not supplementary.
Cakra, 30 tahun.

Novel terbaru dari kang Adhitya Mulya *sok akrab* ini adalah novel yang lengkap. Tidak hanya membuat kita tertawa, novel ini juga membuat kita berpikir dan terharu.

Novel ini menceritakan tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta.
Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang  baik.
Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih.
dan tentang seorang Bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.

Tema besarnya memang tentang keluarga. Keluarganya Bapak Gunawan Garnida dan Ibu Itje yang memiliki anak bernama Satya dan Cakra. Di awal novel ini menceritakan mengenai Bapak Gunawan yang memiliki penyakit kanker dan ingin membuat video untuk anak-anaknya agar mereka tidak kehilangan arah walau bapaknya telah meninggal. Ceritanya sendiri tidak berhenti saat Satya dan Cakra masih kecil, tetapi hingga mereka tumbuh dewasa.

Satya yang telah bekerja di luar negeri, punya anak tiga, dan melakukan long distance married karena harus ke site untuk bekerja. Tentu banyak permasalahan yang terjadi di sini. Kang Adhit mengajarkan  berbagai teknik parenting yang membuat saya berpikir ulang tentang berbagai konsep. Salah satunya adalah soal konsep anak sulung.

Cakra, saat besar adalah seorang yang sukses dalam karir tapi menginjak usia 30 masih tetap menjadi jomblo. Sampai Cakra menjadi bahan bercandaan bawahannya dan membuat ibunya khawatir. Sampai-sampai ibunya mau mengenalkan Cakra ke anak teman-temannya. Cerita soal Cakra ini membuat saya berpikir berbagai macam hal.

Selain cerita soal Satya dan Cakra, juga ada cerita mengenai Ibu Itje yang tidak ingin memberatkan anaknya walaupun mereka sudah bekerja.

Novel kang Adhit ini benar-benar lengkap untuk semua orang. Mulai dari yang masih bingung soal pasangan, yang sudah menikah, hingga orang tua yang anaknya sudah beranjak dewasa. Menurut saya, ini adalah novel kang Adhit yang paling bagus. Kerasa banget bikinnya pakai hati, untuk bekal anak-anaknya kelak.

Novel Kang Adhit kali ini juga lebih banyak memasukkan nilai-nilai moral dan pelajaran hidup yang ia dapatkan selama ini. Kang Adhit juga memberikan sudut pandang baru dalam melihat sebuah permasalahan. Dikemas dengan baik tanpa menggurui. Salah satunya adalah kalimat yang berada di paling atas. Mengingatkan saya tentang tulisan disebuah jurnal psikologi: “Immature love is insecure, whereas mature love is secure. Insecure people worry about losing their partner and will use controlling and manipulative strategies to keep them. These individuals restrict their partner’s development and freedom. Those who feel secure and at peace with themselves do not need a relationship to feel complete. Instead, they seek partnerships to enhance their already satisfying lives. Secure partners celebrate the growth of their significant other and appreciate their unique attributes.”

Selain tulisan di atas, tulisan lain yang saya suka adalah
Laki atau perempuan yang baik itu, gak bikin pasangannya cemburu. Laki atau perempuan yang baik itu… bikin orang lain cemburu sama pasangannya.“.

Untuk bacaan awal tahun, novel ini beneran sukses bikin saya ketawa, berkaca-kaca, dan memikirkan berbagai hal.

Aksara Kirana

Bayanaka adalah manusia yang memiliki kelebihan dapat melihat makhluk dari dimensi lain dan menggunakan telekinesis. Ketika seorang Bayanaka lahir ke dunia, di seperempat dimensi lain penjaganya juga lahir. Ia disebut Anggaraksa. Ikatan yg mereka punya adalah ikatan sampai mati. Mereka sejiwa dan saling mendengarkan pikiran satu sama lain.

Kirana adalah seorang perempuan yang memiliki kelebihan dibandingkan orang lain. Karena kelebihannya ini, ia dijauhi oleh teman-teman sekolahnya. Kirana tumbuh menjadi anak yang kurang pandai bergaul dan mengungkapkan pemikirannya. Sahabatnya hanya pamannya yang bernama Dimitri. Saat berumur 11 tahun, Paman Dimitri mengajak Kirana untuk bertemu penjaganya di dimensi seperempat. Nama penjaganya adalah Aksara. Sayang, Aksara berbeda dengan apa yang diimpikan oleh Kirana. Aksara hanyalah bocah pendek, dan kurus. Kini di usianya yang ke-18, Kirana kembali menemui Aksara yang telah menjadi pria dewasa yang gagah. Namun, lagi-lagi Aksara tidak sesuai dengan pengharapannya. Dia dingin, dan tidak bersahabat. Saat usianya 18 tahun, Kirana juga akan tinggal di sebuah tempat pelatihan dan pendidikan yang berada di dimensi seperempat. Nama tempat itu adalah Kalandra. Di ssana Bayanaka diajarkan untuk menjadi kuat dan dapat mempertahankan diri. Mereka diajari untuk bermeditasi dan menggunakan tenaga dalam. Selama berada di dimensi seperempat ini, Aksaralah yang menjadi penanggungjawab Kirana. Lalu tanpa sengaja Kirana menjalin persahabatan dengan orang paling berbahaya. Keselamatan umat manusia terancam. Terutama dirinya.

Saya memang tidak biasa membaca novel fiksi Indonesia. Novel fiksi Indonesia yang pertama kali saya baca adalah novelnya Kak Sitta Karina berjudul “Magical Seira”. Sekarang, saya dikenalkan dengan sebuah novel yang berjudul Aksara Kirana. Dari judulnya, awalnya sempet mikir ini adalah soal tulisan Kirana. Ternyata Aksara yang dimaksud di sini adalah nama orang :D. Di dalam novel ini, saya merasakan nuansa Jawa cukup kental di sini seperti penamaan tokoh, guru, dan gedung sekolahnya.

Membaca Aksara Kirana, membuat saya tidak bisa berhenti membaca. Mischa bisa membuat alur cerita yang bagus dan membuat pembacanya terbawa hingga akhir halaman. Ceritanya mudah dipahami dan tidak  bertele-tele. Konflik yang diberikan benar-benar diluar dugaan. Banyak kejutan yang terjadi dan membuat novel ini menarik untuk diikuti. Penyampaian konfliknya smooth dan tidak memaksa. Karakter Aksara dan Kirana yang dibangun disini sudah cukup bagus. Walau menurut saya karakter Aksara masih belum terlalu dalam pembahasannya karena lebih fokus kepada Kirana. Selain itu ada beberapa kata yang menurut saya “lokal” banget dan tidak ada keterangannya seperti kata “ADHD”. Buat saya yang kuliah di Psikologi tentu tahu maksudnya apa. Tetapi untuk orang awam, saya rasa tidak semua orang tahu kata itu.  Berhubung novel ini adalah self publishing, masih ada typo sedikit-sedikit, tetapi sejauh ini tidak mengganggu saat saya membaca novelnya :D. Buktinya, saya dibuat membaca hingga akhir dan tidak sabar dengan lanjutan kisahnya di buku kedua. Semoga segera keluar di tahun ini ya :D.

Mischa Indah Mariska, sang penulis novel ini adalah teman sekelas saya di Fakultas Psikologi UNISBA. Sebelumnya, saya suka membaca cerpen-cerpennya yang ada di blognya. Begitu tahu novelnya sudah publish, saya langsung memesan sekalian minta tanda tangan dia :D. Untuk yang mau pesan, silahkan ke nulis buku saja yah.

Rumah Cokelat

Jagain Ibu ya, Nak, hormati perempuan.. Menyakiti mereka sama dengan menyakiti Ibu.
-Pesan Wigra untuk Razsya- 

Ini adalah novel terbaru karya Sitta Karina. Berkenalan pertama kali dengan Sitta Karina melalui novel Lukisan Hujan cetakan pertama. Kenapa saya sebut cetakan pertama? Karena novel Lukisan Hujan cetakan pertama ini saya beli karena chemistry yang terjadi antara saya dan novel ini. Apalagi dengan cover lukisan pemandangan gunung dengan hujan membuat saya tertarik membelinya. Kemudian mulai menyukai kisah keluarga #hanafiah lainnya dan berakhir dengan mengkoleksi semua novelnya.

Rumah cokelat adalah novel dengan genre yang baru. Apabila dahulu Mbak Arie (Panggilan Sitta Karina) menulis novel teenlit dan juga chicklit, kali ini genre yang diusung adalah momlit. Walau saya belum berkeluarga, toh novel ini tetap saya beli dengan alasan tertarik dan juga melengkapi koleksi novel karya Mbak Arie. Novel-novel Mbak Arie ini membuat saya selalu berpikir ketika sedang dan selesai membacanya. Isinya mudah dipahami dan tidak menggurui.

Novel ini bercerita mengenai kehidupan keluarga urban dengan berbagai permasalahannya. Hannah Andhito adalah tipikal perempuan masa kini di kota besar; bekerja di perusahaan multinasional, mengikuti tren fashion dan gaya hidup terkini sambil berusaha menabung untuk keluara kecilnya, sangat menyukai melukis dengan cat air, memiliki Wigra si suami yang tampan dan family oriented, sahabat SMA yang masih in touch, serta si kecil Razsya yang usianya jalan dua tahun. Sounds perfect yah!! Tapi kemudian, ia sempat mendengar gumaman Razsya saat tidur yang mengatakan bahwa ia sayang dengan pengasuhnya. Saat itu Hannah mulai menyadari ada yang salah dengan ini semua; bagaimana Razsya yang memiliki banyak mainan sebagai kompensasi mereka tidak ada karena bekerja atau bagaimana Hannah yang terkadang ingin menikmati me time saat akhir minggu atau sibuk berkutat dengan gadget-nya tetapi Razsya ingin diperhatikan olehnya. Selain mengenai Razsya, masalah yang diungkap di sini adalah ribetnya keluarga kecil ini tinggal dengan ibunya Hannah dan  perbedaan sikap Hannah ke Razsya dengan sikap Eyang Yanni ke Razsya. Ga hanya itu, hubungan suami-istri Hannah dan Wigra yang memiliki banyak tantangan baik dari pekerjaan maupun orang ketiga.

Komplit banget masalah yang ingin diungkapkan Mbak Arie di novel ini. Walau saya masih single alias belum menikah, tapi saya masih bisa in touch banget sama novel ini. Efek udah berumur twenty-something kali yah? Jadi memang ada ketakutan-ketakutan saya tertuang dinovel ini. Bagaimana ketika saat berkeluarga, saya masih ingin menggeluti passion saya? Bagaimana ketika harus membagi waktu ketika  memiliki anak? Bagaimana urusan pendidikannya dan tumbuh kembangnya nanti? Bagaimana kalo pola asuh ternyata ga baik untuk tumbuh kembang anak? Haduh efek belajar perkembangan di bangku kuliah kali yah dan juga melihat beberapa kasus klinis dan juga bahan praktikum yang kesemuanya berujung di pola asuh membuat saya kadang makin deg-degan. Kayak parno duluan. Hahahahaha. Apalagi saya tahu banyak banget kondisi yang harus diawasi ketika anak berada di dalam golden age-nya yaitu saat umur 1-5 tahun.

Eh kok jadi meracau dan curcol yah? 😀 *sungkem dalem-dalem*. Membaca novel ini membuat saya merasa tercerahkan dan juga excited untuk melihat seperti apa yah saya nanti ketika menjadi istri dan ibu. Memang ketakutan kayak di atas itu ada, tapi seperti kata Wigra:

“Kalau ada kesulitan sedikit, coba dijalani dengan ikhlas. Kalau ada kebahagiaan walau kecil, sebisa mungkin dinikmati.Intinya menjalani hidup dengan sadar, tapi tidak terbebani.”

Di novel ini juga, saya belajar bahwa masalah itu terkadang ada untuk dinikmati, tidak hanya dijadikan beban. Masalah akan terus berdatangan selama kita masih hidup. Beradaptasi dan beradjustment  memang harus dilakukan sepanjang kita hidup.  Just like Wigra once quoted “life is also about dancing in the rain“.

Belanja Akhir Tahun

Hasil Bulan Desember

Dengan resmi gw mesti ngabarin kalo akhir tahun itu musuh terbesar buat dompet!! (alibi). Sebenernya ga karena akhir tahun sih. Kebetulan aja pas lagi butuh pas diskon, pas ada, dan uangnyapun ada. Bandung diakhir tahun bener-bener deh godaannya banyak banget. Diskon di mana-mana, terus kaki ajaib ini tiba-tiba banyak kecocokan dengan sendal dan sepatu yang ditemuin, dan banyak buku bagus keluar.

Pertama dimulai dengan membeli sepatu dansa yang baru. Sepatu dansa yang telah 6 bulan bersama dengan gw udah resmi banget menipis dan bolak balik kudu dioles lem karena suka lepas mulu. Kalo kata pelatih dan senior, ketika dansa lo bener, sepatu tuh pasti kayak gitu. Cuma bertahan bentar dan kudu sering di lem karena depannya suka lepas. Selain itu sepatu dansa yang item emang udah mulai ga unyu lagi sih bentuknya, gliternya udah mulai ilang dan udah bener-bener tipis banget bagian depannya. Jadilah gw menggantinya dengan membeli sepatu dansa baru berwarna coklat ini. Desain depannya juga berbeda loh dari yang item :D.

Gw juga udah lama ga beli novel. Sekalinya beli kok banyak novel bagus bertebaran yah TT______TT. Apalagi komik yang lagi saya ikutin lagi keluar nomer yang barunya. Jadilah akhirnya memutuskan buat beli empat buah buku. Buku pertama yang diambil tentu adalah komik Natane 5. Gw adalah penggemar berat Adachi Mitsuru dan mulai mengoleksi komiknya. Komik Natane ini adalah komik Adachi yang pertama kali terbit. Gaya cerita dan gambar Adachi ini khas banget dan ending tiap komiknya juga absurd. Komik pertama Adachi yang gw baca adalah slow step dan itu beneran komik terabsurd yang pernah gw baca. Selain itu gw juga membeli Manusia Setengah Salmonnya Raditya Dhika. Gw juga adalah pembaca setia novel Radit sejak Kambing Jantan terbit. Gw juga punya lengkap buku-bukunya walau pas dilihat lagi pada menghilang dipinjam entah siapa aja –“. Selain itu sebagai penggemar blog Ms.Complaint, gw mau mengoleksinya dalam bentuk buku. Apalagi komplainnya Ms. C ini memang keren banget dan suka terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Ms. Complaint’s Therapy adalah novel yang menawarkan kita untuk bisa melihat kesenangan dan kesegaran dari complaining! Buku terakhir yang saya beli adalah Cerita Segelas Kopi dari Melanie Subono. Gw tertarik banget dengan judulnya. Apalagi kadang  gw suka membeli novel tergantung ketertarikan gw terhadap suatu buku yang ga bisa dijelasin :D. Oia, buku-buku ini gw beli di Rumah buku yang lagi diskon 30% untuk semua buku dan di Togamas yang lagi diskon 25% untuk novelnya. Surga banget!!!

Sendal unyu ini gw dapetin tadi di PVJ. Tepatnya di VNC. Sebenernya gw masuk toko ini buat nganterin sobat nyari wedges. Pas liat-liat sendal nemu deh yang pas dikaki ajaib ini. Awalnya agak ragu juga beli dengan warna kuning lembut ini. Tetapi dipikir-pikir warna ini netral saat gw mau pake rok. Apalagi sendal unyu ini lagi diskon aja gitu 50%!!! Harga yang awalnya Rp.205.000,- langsung berubah jadi Rp.102.500,-. Bahagia banget akhirnya punya sendal. Bakal puasa pake converse dulu ini sih :)).

Saat berjalan-jalan setelah ke VNC dan mampir ke Duta Suara, udah deg-degan, CD inceran bakal ada atau engga. Pas ditanya ke mbak-mbaknya ada donggggg. CD Sountrack Arisan!2 adalah salah satu CD yang ingin saya koleksi. Lagu-lagunya beneran keren-keren dan bikin adem deh. Jadi bisa denger lagu kesukaan di film Arisan!2 Oh Jakarta deh :D. CD kedua yang bikin jantung berdebar *lebay* adalah CD C.N. BLUE “First Step”. Walau masih gedek karena mereka batal ke Indonesia, sebagai fans C.N. Blue, gw pengen punya album asli mereka. Pas beli dapet poster dan poster versi kecil dong!!! Senang-senang \(^o^)/.

Yah demikianlah hasil belanjaan gw selama bulan Desember ini. Tahun depan saatnya mengencangkan ikat pinggang. Januari saatnya mendaftar kuliah, Maret dan April banyak yang harus dilakukan. Sudah cukup belanja untuk tahun ininya.